Jika biasanya limbah atau sampah dianggap sebagai barang terbuang,
maka ditangan Rizka Tiara Dewi (20) dan Dimas Satriatmoko (31)
sampah-sampah tersebut bisa diolah menjadi beragam jenis kerajinan
cantik seperti misalnya tas, dompet, bross, gantungan kunci, dan lain
sebagainya.
Bermodalkan keprihatinannya melihat tumpukan sampah plastik di
sekitar rumahnya, Riska dan Dimas menggandeng beberapa temannya untuk
mulai mengisi waktu luang mereka dengan merintis bisnis kerajinan daur
ulang sampah. Mengusung Eleven Handicraft sebagai nama usahanya, Riska
yang ditemui tim bisnisUKM pada Kamis (27/11) di rumah produksinya yang
terletak di Jalan Monjali no. 35 A Gemawang, Sinduadi, Mlati-Sleman
menuturkan bahwa usaha kerajinan limbah tersebut mereka rintis sejak Oktober 2010 silam.
Memanfaatkan bahan baku limbah seperti misalnya tras kresek (tas
plastik), koran bekas, majalah bekas, tabloid bekas, bungkus makanan dan
minuman, manik-manik, serta kemasan deterjen yang Ia peroleh dari
sampah laundry maupun sampah rumah tangga, selama ini Eleven Handicraft
telah memproduksi aneka souvenir cantik yang memiliki nilai jual cukup
tinggi di pasaran.
“Eleven handicraft sendiri merupakan home industri yang memproduksi
aneka kerajinan dari bahan limbah tas kresek (plastik), kita juga
membuat kerajinan dari majalah bekas menjadi sebuah tas yang bisa dibawa
pergi kemana-kemana, selain itu kami juga membuat souvenir seperti
misalnya gantungan kunci dari manik-manik yang sering dipesan kalangan
anak muda,” tutur Riska dengan senyum manisnya.
Dengan menawarkan keunikan bahan baku limbah yang mereka gunakan,
sekarang ini produk Eleven Handicraft tidak hanya dipasarkan di
seputaran kota Jogja saja namun juga mulai merambah Pulau Jawa dan Benua
Amerika. Dibantu oleh 5 orang tenaga produksi, setiap harinya Eleven
Handicraft memproduksi beragam jenis tas dari yang ukuran paling kecil
sampai tas ukuran paling besar. “Kita buat dompet souvenir dari yang
paling kecil, tote bag, serta aneka macam tas dari yang kecil sampai
yang paling besar bisa kita produksi dengan bahan plastik,” ungkap Riska
yang diamini pula oleh Ade Bayu selaku tim support Eleven Handicraft.
Untuk mendukung pemasaran produk Eleven Handicraft, Dimas dan Riska
mulai memanfaatkan event pameran serta media online seperti misalnya
facebook, membuat blog, serta memanfaatkan portal iklan gratis yang ada
di dunia maya. “Meskipun begitu yang paling efektif untuk pemasaran
yaitu dari mulut ke mulut, tinggal diobrolkan dan informasi akan
tersebar ke khalayak ramai,” jelasnya.
Dibandrol dengan kisaran harga sekitar Rp 5.000 sampai Rp 300.000,00 per pcs, kreasi aneka tas, dompet, dan beragam jenis kerajinan daur ulang
lainnya diproduksi secara rutin serta bisa juga melayani pemesanan atau
custom sesuai dengan keinginan konsumen. Dari bisnis yang Ia jalankan
bersama rekan-rekannya, Riska dan Dimas setiap bulannya bisa memproduksi
sekitar 40 buah dompet dan kurang lebih 10 buah tas dengan omzet
sekitar Rp 1.500.000,00 per bulan.
Walaupun selama ini perjalanan bisnisnya masih terhambat oleh SDM dan
sistem pemasaran, namun Riska dan Dimas terus optimis ingin membesarkan
bisnisnya guna memberikan lapangan kerja bagi para pengangguran di
sekitarnya. “Kedepannya kami ingin bisnis Eleven Craft berkembang lebih
besar dan bisa mengurangi sampah di sekitar kita, serta memberikan
lapangan kerja bagi pengangguran di Yogyakarta,” pungkasnya di akhir
pertemuan dengan tim bisnisUKM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar